- Terlalu banyak keraguan dan kurang cermat. Kadang - kadang kita terlalu ragu dengan kuasa Tuhan. sehingga hal-hal kecil yang terjadi di sekitar kita seperti terabaikan. padahal mungkin ada bagian dari itu yang merupakan jawaban dari Tuhan atas doa doa kita.
- Mengukur jawaban Tuhan dengan alat ukur manusia kita. Terkadang, kita merasa bahwa Tuhan sepertinya tidak ingin mengabulkan doa kita. Kita melihat ukuran jawab Tuhan terhadap doa kita melalui apa yang kita liat dengan mata dan pemikiran kita. Padahal, mungkin seharusnya kita terus berdoa untuk mengetahui jawabanya. mungkin kita harus lebih peka dengan lingkungan kita agar kita tahu bahwa Tuhan selalu punya jawaban untuk doa kita.
- Kebaikan spesifik yang kita harapkan belum tentu menjadi berkah buat kita. Maka kehendak Tuhan untuk melindungi dan menyelamatkan kita, justru dengan cara tidak mengabulkan doa kita. Akan tetapi, kita sering tidak mengerti bahasa Tuhan, lantas berburuk sangka, dan tergesa menyimpulkan bahwa doaku tidak dikabulkan Tuhan. Prinsip kebaikan meliputi dua sifat atau dimensi, universal dan spesifik. Kebaikan universal, akan berlaku untuk semua orang atau makhluk. Kebaikan misalnya keselamatan, kesehatan, kebahagiaan, dan ketentraman hidup. Sebaliknya, kebaikan yang bersifat spesifik artinya, baik bagi orang lain, belum tentu baik untuk diri kita sendiri. Atau, baik untuk diri kita belum tentu baik untuk orang lain. Kebaikan spesifik meliputi pula dimensi waktu, misalnya tidak baik untuk saat ini, tetapi baik untuk masa yang akan datang. Memang sulit sekali untuk memastikan semua itu. Tetapi paling tidak dalam berdoa, kemungkinan-kemungkinan yang bersifat positif tersebut perlu kita sadari dan terapkan dalam benak. Kita butuh kearifan sikap, kecermatan batin, kesabaran, dan ketabahan dalam berdoa. Jika tidak kita sadari kemungkinan-kemungkinan itu, pada gilirannya akan memunculkan karakter buruk dalam berdoa, yakni; sok tahu. Misalnya berdoa mohon berjodoh dengan si A, mohon diberi rejeki banyak, berdoa supaya rumah yang ditaksirnya dapat jatuh ke tangannya. Jujur saja, kita belum tentu benar dalam memilih doa dan berharap-harap akan sesuatu. .
Tidak
gampang memahami apa “kehendak” Tuhan. Diperlukan kearifan sikap dan
ketajaman batin untuk memahaminya. Jangan pesimis dulu, sebab siapapun
yang mau mengasah ketajaman batin, ia akan memahami apa dan bagaimana
“bahasa” Tuhan.
dari berbagai sumber dan perenungan seorang teman....
0 komentar:
Post a Comment