ABSTRAK
Bertolak
dari pengetahuan dan pemahaman saya tentang bangsa ini beberapa waktu
terakhir, saya merasa sepertinya harus bertanya kepada kita semua,
tentang beberapa hal. Sebagai kaum muda yang masih perlu banyak belajar
tulisan ini sebenarnya terinspirasi dari sebuah lagu milik grup band
rock - Koil yang berjudul Kenyataan dalam dunia fantasi. Dalam lagu
tersebut, dapat saya interpretasikan bahwa mereka coba mengungkapkan
tentang keadaan bangsa ini yang sebenarnya sedang mengalami kemunduran
Nasionalisme. Kenyataan yang dipastikan, namun hanya dalam fantasi.
Sederhanya dapat dikatakan bahwa bangsa ini sebenarnya sedang dalam
kondisi yang tidak sehat dan mungkin akan hancur karena terlalu banyak
orang yang tersenyum kecut dalam kebencian. Dan memang bagi saya sudah
menjadi pertanyaan yang butuh jawaban dan realisasi konkrit tentang masa
depan bangsa ini yang sebenarnya. Tentang bagaimana bangsa ini
seharusnya hidup! Tentang bagaimana seharusnya bangsa ini bertahan!
Sebab harus selalu kita ingat, ratusan juta jiwa menggantungkan
harapannya pada bangsa ini, termasuk saya. Dari situlah muncul beberapa
pertanyaan tentang nasionalisme yang selalu dipuja bangsa ini yang
sekarang rasanya sedang pudar!!!
Pertama, Dengan
dasar Pancasila bangsa ini berdiri sebagai sebuah bangsa yang besar
dari sisi luas wilayah, keanekaragaman suku dan budaya dan kekayaam
alamnya. Satu hal yang saya ingat dari sejarah bangsa ini adalah kita
pernah ditakuti oleh bangsa lain di dunia, bahkan oleh negara adidaya
seperti Amerika Serikat. Namun sadar atau tidak kekuatan itu sepertinya
berasal dari satu orang yaitu Soekarno presiden pertama Kita. Mungkin
saya salah, tetapi bangsa ini sepertinya kehilangan taring ketika
berhadapan dengan bangsa lain di dunia. Dan muncul pertanyaan dalam
benak saya, apakah bangsa ini besar karena telah betul dimiliki oleh
semua warganya? Ataukah besar dibesar – besarkan oleh segelintir orang
saja yang sok nasionalis ?
Kedua, Negara
ini adalah negara besar yang sejak saya SD sudah didoktrin ungkapan
dari sabang sampai merauke dan Bhineka Tunggal Ika. Cukup kontradiktif
nian karena ketika saya mulai SMA hingga sekarang kuliah, nurani saya
terjebak dalam sebuah pertanyaan sarkartis tentang Pluralisme. (namun
entah kenapa saya lebih senang menyebutnya dengan Multikultural) Saya
sedikit kurang memahami makna Pluralisme bangsa ini, apakah hanya
sebatas pada kenakeragaman Suku, Agama dan Ras yang dipersatukan melalui
sebuah slogan Bhineka Tunggal Ika yang juga termuat di dalam UUD 1945?
Ataukah Kesatuan Perbedaan ini perlu terealisasikan pada semua bentuk
kebijakan negara, misalnya lewat persamaan Hak Ekonomi masyarakat di
semua daerah, Kebijakan dalam Negeri menyangkut perbedaan tersebut ?
Kebijakan Luar negeri yang mencerminkan penghargan terhadap perberbedaan
dalam bangsa? Ataukah karena pluralisme bangsa, realisasi itu
memperhatikan asas mayoritas dan minoritas ??!! Namun pertanyaan saya
berikutnya adalah mayoritas dan minoritas yang seperti apa yang menjadi
tolak ukurnya? Apakah agama, suku, RAS, status ekonomi, atau mungkin
kepentingan golongan atau kalangan tertentu ??
Ketiga, Indonesia
diproklamirkan merdeka sebagai negara berideologi Demokrasi Pancasila,
yang menurut pengertian saya keduanya merupakan satu
kesatuan yang berarti bahwa pancasila adalah dasar utama negara ini
dengan didukung Demokrasi sebagai dasar pelaksanaan negara. Akan tetapi,
ada beberapa hal yang kemudian mengganggu saya, mungkin kita semua
sadar bahwa beberapa tahun belakangan ini banyak bermunculan kelompok
kepentingan dengan paham dan tuntutannya masing – masing! Dan saya
sebagai warga negara Indonesia,
cukup merasa terganggu dengan tuntutan mereka yang sebenarnya sudah
cukup mengganggu keberadaan Pancasila sebagai dasar negara. Apalagi
pemerintah dan lembaga legislatif bahkan terkesan menggunakan paham
tertentu dalam membuat peraturan daerah, peraturan pemerintah bahkan
Undang-Undang dan heranya hal tersebut dianggap biasa – biasa saja!!!
Pertanyaan saya adalah, apakah hal tersebut merupakan sebuah bentuk
pelanggaran atau mungkin bisa dikatakan sebagai pelecehan terhadap
Pancasila dan UUD 1945 ? Ataukah cukup dianggap sebagai dinamika dan
suatu kewajaran dalam kehidupan sebuah bangsa yang Plural ?!! Sungguh
alasan yang dibuat – buat.
Keempat, Di
negara ini, dalam beberapa tahun terakhir seperti yang saya ketahui
ditengah kekurangan referensi saya menyangkut para pelaksana tugas
negara yang sepertinya sangat Loyal dengan kelompok kepentingan (partai
politik) dari mana dia berasal yang justru menguranggi komitmen melayani
dan memberdayakan masyarakat. Satu hal yang cukup menarik perhatiaan
saya adalah, mungkin karena kepeduliaan yang boleh saya katakan minim
terhadap masyarakat maka munculah kelompok – kelompok kepentingan lain
yang sepintas suaranya lebih tegas dari pemerintah dan didengar oleh
masyarakat. Pemerintah seolah tak berdaya dan terkadang meminta bantuan
dari kelompok – kelompok tersebut!!
Kenyataan
– kenyataan yang telah dipaparkan di atas menurut saya perlu dijawab,
bukan oleh saya sendiri tetapi oleh kita semua, yang selalu berbangga
sebagai anak yang lahir dari rahim peritiwi. Memang, tak mungkin kita
pungkiri bahwa sejarah telah membuktikan kalau bangsa ini besar dan
kaya. Meski demikian, sejarah adalah masa lalu yang bisa saja termakan
waktu dan berbeda dengan konteks kita saat ini. Masa sekarang adalah
kenyataan, kenyataan yang akan menentukan masa depan besok, lusa dan
nanti… Apalagi sebentar lagi kita akan sama – sama berpesta dalam arena
demokrasi untuk memilih wakil rakyat dan presiden kita secara langsung.
Saya hanya takut kalau-kalau janji akan tetap tinggal janji dan bangsa
yang mengakui pluralisme akan tetap dalam fantasi. Ketakutan saya dan
mungkin ketakutan kita bersama adalah jangan sampai biaya politik yang
digelontorkan secara besar-besaran untuk pemilu nantinya tidak berbuah
manis dan malah menimbulkan konflik sebagaimana sering terjadi pada
ajang Pilkada di beberapa daerah di Indonesia.
Orang berdasi mungkin tidak merasakan langsung dampaknya, tapi para
buruh, para pemulung, petani dan nelayan yang adalah masyarakat miskin
tentu akan terus membusung dadanya, merintih tak berdaya oleh kepicikan
para cukong. Yah…kemiskinan mereka yang sebenarnya dibentuk oleh sistem
selamanya akan tetap diproyekkan dalam janji politik yang tak
bertanggung jawab. Apakah selamanya rakyat akan dijadikan obyek poltiik
semata?? Entah lah!! Yang jelas, jangan mengusik ketenangan mereka, bila
anda yang berdasi tak ingin digerayangi oleh nyanyian “kenyataan dalam
dunia fantasi” atau lebih parah lagi……dibom dalam gerylia revolusi jilid
3.
Terima kasih.
0 komentar:
Post a Comment